Langsung ke konten utama

Syair Perupa

Setiap mata menikmati sunyi
Meratapi sepi dan burung beranjak pergi
Meninggalkan mentari hingga esok pagi
Telusuri banyak hati
Hingga sepi memeluk diri
Jauh sampai ke ujung nadi

Tiap kata bermakna 
Berulang menjadi teorema dalam diorama
Diucapkan melalui syair penuh rasa
Tiap kata berirama
Tiap cinta punya nama
Terulang lalu jadi duka lara

Kini mengulang kembali, rasa yang nyata
Menyambut datang dan pergi nya asa
Singgah hanya untuk menari dan pergi
Kemudian lupa menaruh hati
Interaksi diri hanya memori
Sebatas mimpi, aku menanti 

Pada rupa, penyair rasa
Pada raga, mengalunkan tiap kata
Pada semesta, menaruh rasa

Cipt. Zio Andari Rahman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temu Mata

Setiap kali beri hati Menyepi paling mengerti diri Setiap kali beri janji Sembunyi menjadi opsi Menjauh pergi  Ditemani bayang bayang ilusi Ikut memeluk diri dan menari Bertemu banyak rupa dan rasa Di setiap sudut kota Saling menyapa lalu bersua Berikan semesta cerita Berikan warna dalam relung jiwa Sementara terpaut mata bicara Perlahan tinggalkan nama Menutupi luka Kemana rupa titipkan sukacita Untuk siapa asa dan doa berkata Dimana janji akan jadi wujud nyata Menerka tiap kata kata Termakan usia dan menjadi duka lara Dalam nuansa penuhi luka Dalam kalut yang nyata Sampaikan padanya sebuah nama Dengarkan oleh nya berbisik nada Berkata aku kembali untuk nya

Bertaruh

Sampaikan untuk nya sebuah irama titipkan rasa percaya dan peluk senja kenalkan padanya aku yang mesra Menuturkan kata kata Merangkai tiap memori jiwa Yang aku jaga untuk hati nya Yang aku isi luka jadi cinta Yang aku rasa tiap sentuhan Tiap tatapan dan perasaan Dengarkan aku memanggil nama berbisik kepada semesta Lalu menerka rasa untuk nya Penuh dengan percaya Aku menjaga dia Aku dalam pelukan hangat nya Ucapkan pada aku yang rindu untuk tenang dan menunggu Menaruh rasa dalam dekap kalbu Aku, kamu dan rasa cemburu pada waktu

Tanpa Nama

Perih menghujam jantungku mati Mulai merasuk ke dalam sukma Dipenuhi air mata, tanpa bersuara Aku berduka seraya berdoa penuh asa Menyatukan raga, meski lara kian merana Kini tiada warna hiasi malam penuh kejora Lupa ucap sebuah nama penuh dusta Diperdaya oleh kata, permainkan hati Hilang raga sepadan rasa percaya Menilik warna hiasi jiwa kini tiada Kembali menaruh hati pada semesta Dia tidak mati, hanya aku yang pergi Dia tidak tuli, hanya aku lupa kata kata Dia penuhi diri, lukai hati  Kini sendiri memeluk diri Kini rasa tak berbatas Mengenal rupa tidak terbalas raga Oleh dua mata memandang Mengenal nama lalu terbuang Terluka dalam jarak, jauh menerka Sementara semesta enggan menyapa Tubuh kembali menaruh asa