Langsung ke konten utama

Diorama

Ribuan mata menjadi saksi
Berjalan mengikuti bayang bayang ilusi
Senja berlari menghampiri diri
Sementara aku sendiri
Dingin selimuti jiwa sepi
Kembali rasuki penuh ambisi
Kemudian dibawa pergi mentari
Meninggalkan sunyi

Dimana rasa yang tertinggal
Dalam pangkuan, terasa nyata
Menemani hingga nestapa jiwa
Menarik rasa, memenggal jiwa
Pulang dalam angan angan
Sembari mata aliri air mata
Mengitari tiap sudut raga
Kemanapun akan bersuara
Lepaskan sukma lukai hati

Aku dengan beribu nama
Memalingkan wajah tiap masa
Menerka tiap luka
Tiap dusta menyusun kata kata
Hingga nama dalam diorama
Penuhi ruang, basahi rupa
Dengar relung nama bersuara
Menyisipkan duka, hilang rasa

Lihat, ada rupa yang menaruh rasa
Lalu diambil, digantikan luka
Dengar, irama sukma memuja
Menanti nama dalam diorama


Cipt. Zio Andari Rahman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Temu Mata

Setiap kali beri hati Menyepi paling mengerti diri Setiap kali beri janji Sembunyi menjadi opsi Menjauh pergi  Ditemani bayang bayang ilusi Ikut memeluk diri dan menari Bertemu banyak rupa dan rasa Di setiap sudut kota Saling menyapa lalu bersua Berikan semesta cerita Berikan warna dalam relung jiwa Sementara terpaut mata bicara Perlahan tinggalkan nama Menutupi luka Kemana rupa titipkan sukacita Untuk siapa asa dan doa berkata Dimana janji akan jadi wujud nyata Menerka tiap kata kata Termakan usia dan menjadi duka lara Dalam nuansa penuhi luka Dalam kalut yang nyata Sampaikan padanya sebuah nama Dengarkan oleh nya berbisik nada Berkata aku kembali untuk nya

Bertaruh

Sampaikan untuk nya sebuah irama titipkan rasa percaya dan peluk senja kenalkan padanya aku yang mesra Menuturkan kata kata Merangkai tiap memori jiwa Yang aku jaga untuk hati nya Yang aku isi luka jadi cinta Yang aku rasa tiap sentuhan Tiap tatapan dan perasaan Dengarkan aku memanggil nama berbisik kepada semesta Lalu menerka rasa untuk nya Penuh dengan percaya Aku menjaga dia Aku dalam pelukan hangat nya Ucapkan pada aku yang rindu untuk tenang dan menunggu Menaruh rasa dalam dekap kalbu Aku, kamu dan rasa cemburu pada waktu

Tanpa Nama

Perih menghujam jantungku mati Mulai merasuk ke dalam sukma Dipenuhi air mata, tanpa bersuara Aku berduka seraya berdoa penuh asa Menyatukan raga, meski lara kian merana Kini tiada warna hiasi malam penuh kejora Lupa ucap sebuah nama penuh dusta Diperdaya oleh kata, permainkan hati Hilang raga sepadan rasa percaya Menilik warna hiasi jiwa kini tiada Kembali menaruh hati pada semesta Dia tidak mati, hanya aku yang pergi Dia tidak tuli, hanya aku lupa kata kata Dia penuhi diri, lukai hati  Kini sendiri memeluk diri Kini rasa tak berbatas Mengenal rupa tidak terbalas raga Oleh dua mata memandang Mengenal nama lalu terbuang Terluka dalam jarak, jauh menerka Sementara semesta enggan menyapa Tubuh kembali menaruh asa